Kekalahan Jepang
diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio luar negeri. Pada malam
harinya Sutan Syahrir menanyakan mengenai Kemerdekaan Indonesia pada Moh.
Hatta.
Syahrir : Pak Hatta, apakah benar Indonesia akan
merdeka setelah Jepang menyerah pada
sekutu ?
Hatta
: Saya tidak mengerti, namun saya akan menanyakan pada Gunseikanhu. Setelah saya yakin
bahwa Jepang benar menyerah pada sekutu, maka saya akan mengundang PPKI.
Syahrir : Baiklah, kalau ada informasi kabari
saya.
Setelah
hal itu, golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga
Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada
tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30 waktu Jawa.
Chairul : Inilah keputusan yang saya ambil.
“Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat
Indonesia sendiri tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain.
Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dan Jepang
harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakan perundingan dengan
golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam pernyataan pproklamasi.
Wikana : Lalu siapa yang akan menyampaikan
pernyataan itu ?
Chairul : Bagaimana kalau anda dan Bung Darwis ?
Darwis : Saya bersedia !
Wikana : Saya juga bersedia !
Chairul : Baiklah, rapat hari ini ditutup
saja.
Pada
pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur
56, Jakarta. Kedua wakil dari golongan muda tersebut lalu menyampaikan pada Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta.
Darwis : Assalamu’alaikum. Bung Karno, Bung
Hatta......
Hatta
: Wa’alaikumsalam. Iya masuk !
Wikana : Bung Karno, Bung Hatta...... maksud
saya kesini adalah untuk menyampaikan hasil rapat dari golongan
muda.
Soekarno : Apakah hasil rapat tersebut ?
Wikana : Kami ingin agar anda memproklamasikan
kemerdekaan. Besok juga anda harus memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno : Maaf kami tidak bisa. Kami masih
belum berhak untuk menjalankan pemerintahan.
Darwis : Tidak perlu kita memperhatikan Jepang
lagi. Jepang telah menyerah pada sekutu dan sampai saat ini sekutu belum datang. Sehingga
inilah kesempatan kita untuk memerdekakan Indonesia.
Hatta : Hai pemuda, kami tidak bisa bertindak
sewenang-wenang. Kami harus menurut prosedur.
Wikana : Baiklah, apabila Bung Karno tidak mau
mengucapkan pengumuman itu malam ini juga, besok akan terjadi pembunuhan dan
pertumpahan darah.
Soekarno : Ini leher saya, seretlah saya ke
pojok, dan sudahilah nyawa saya sekarang ini juga, jangan
menunggu besok.
Hatta : Dan kami pun tak dapat ditarik-tarik
atau didesak supaya mengumumkan proklamasi itu.
Darwis : Kalau itu pendirian saudara-saudara,
baiklah ! Dan kami pemuda-pemuda tidak dapat
menanggung sesuatu jika besok siang proklamasi belum juga diumumkan.
Wikana : Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan
menunjukkan kesanggupan yang saudara kehendaki itu !
Sekitar
pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir. Sukarno dengan diliputi
perasaan kesal memikirkan sikap dan perkataan Sukarno-Hatta
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sesampainya
ditempat rapat, mereka melaporkan semuanya. Menanggapi hal itu golongan muda
mengadakan rapat dini hari tanggal 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Jalan
Cikini 71, Jakarta. Rapat itu dihadiri oleh peserta lama dan Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari
barisan pelopor dan Shudanco Singgih
dari Daidan PETA Jakarta.
Chairul : Baiklah, pada rapat ini kita
menyimpulkan untuk menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh.
Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala
pengaruh Jepang.
Sukarni : Untuk mewakili kita, saya usul agar
Shudanco Singgih menjadi wakilnya. Tujuannya agar tidak terjadi
kecurigaan dari Jepang.
Singgih : Baik, saya sanggup.
Rencana
ini berjalan lancar karena mendapat dukungan perlengkapan Tentara PETA dari
Chudanco Latief Hendraningrat yang pada saat itu sedang menggantikan Daidanco
Kasman Singodimedjo yang bertugas di Bandung. Maka pada tanggal 16 Agustus 1945
pukul 04.30 waktu Jawa sekelompok pemuda membawa Sukarno-Hatta ke
Rengasdengklok, sebuah kota di Kabupaten Karawang.
Chairul : Bagaimana kalau kita bawa ke rumah
Cudanco Subeno ? Agar keadaan aman dan tidak terpengaruh dengan Jepang.
Jusuf K. : Betul, saya setuju dengan anda.
Sebaiknya beliau dibawa ke tempat yg aman.
Singgih : Lebih baik kita segera bergegas.
Sehari
penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Kewibawaan yang besar dari
kedua tokoh ini membuat para pemuda segan melakukan penekanan lebih jauh.
Singgih : Pak Karno, bagaimana pikiran anda ?
Apakah berubah pikiran ?
Sukarno : Saya belum berani memutuskan, tapi
saya juga mempunyai keinginan untuk melakukan Proklamasi.
Singgih : Lalu mengapa Bapak belum berani
memproklamasikan kemerdekaan ?
Sukarno : Saya tidak mau mengambil resiko bagi
bangsa ini. Saya tidak ingin terjadi pertumpahan darah lagi.
Disini juga tempatnya tidak terlalu memadahi.
Singgih : Baiklah, saya tidak akan menekan
terlalu lama. Anda pikirkan dengan matang”.
Dengan
pembicaraan itu, Singgih memutuskan bahwa sebenarnya Ir. Sukarno mau
memproklamasikan kemerdekaan setelah kembali
ke Jakarta. Oleh karena itu Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan
rencana proklamasi. Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yg diundang
rapat tanggal 16 Agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di Gedung Pejambon
2. Akan tetapi Sukarno-Hatta tidak ada, maka Mr. Ahmad Subarjo mendekati
Wikana.
Subarjo : Anak muda, apakah yang kamu katakan
pada Soekarno-Hatta ?
Wikana : Saya hanya ingin agar beliau segera
memproklamasikan kemerdekaan. Dan bila itu tidak dilaksanakan,
maka akan terjadi pertumpahan darah.
Subarjo : Janganlah kamu tergesa-gesa, masih ada waktu untuk itu. Kita
harus menyiapkannya matang-matang.
Wikana : Baiklah, saya percaya pada anda. Tapi dengan segera harus ada
proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia.
Subarjo : Baiklah, antarkan saya ke tempat Soekarno-Hatta. Proklamasi
akan diadakan di Jakarta.
Wikana : Silahkan anda ikut Jusuf Kunto untuk bertemu dengan Soekarno-Hatta.
Karena kesepakatan itu, Jusuf Kunto wakil dari
Golongan muda bersedia mengantarkan Ahmad Soebarjo dan sekretarisnya ke
Rengasdengklok. Pada jam 18.00 rombongan itu tiba, selanjutnya Ahmad Subarjo
memberi jaminan nyawanya bila besok tidak diadakan proklamasi tanggal 17
Agustus selambat-lambatnya jam 12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno
bersedia melepas Soekarno-Hatta.
PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI
Rombongan
tiba di Jakarta pukul 23.30 waktu Jawa. Setelah Soekarno-Hatta kembali ke rumah
masing-masing. Rombongan lalu menuju ke rumah Laksamana Maeda. Hal itu
disebabkan karena Laksamana Maeda menyampaikan kepada Ahmad Subarjo bahwa ia
akan menjamin keselamatan mereka. Sebelum mulai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno-Hatta
menemui Mayor Jendral Nishimura untuk menjajagi sikapnya mengenai proklamasi.
Mereka ditemani Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi
serta Miyoshi sebagai penterjemah.
Sukarno : Bantulah kami untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia !
Nishimura : Maaf, saya tidak bisa !
Sukarno : Tolonglah kami. Kami ingin merdeka.
Nishimura : Dengan menyerahnya Jepang kepada
sekutu maka tentara Jepang tidak boleh merubah status politik Indonesia. Sejak semalam
tentara Jepang semata-mata merupakan alat sekutu.
Sukarno : Baiklah, kami akan berusaha sendiri.
Nishimura : Ingat, jangan melaksanakan rapat
PPKI !
Sukarno dan
rombongan menuju ke rumah Maeda, di ruang tamu terdapat beberapa tokoh untuk
merumuskan proklamasi, diantaranya : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad
Subarjo, Miyoshi (Sebagai orang kepercayaan Nishimura), Sukarni, Mbah Diro dan
B.M. Diah.
Sukarno : Sekarang kita mulai rapat. Saya bertugas
menulis teks proklamasi.
Subarjo : Baiklah, saya bersedia menyumbangkan
pikiran. Saya mengusulkan untuk mengambil dari rumusan BPUPKI.
Sukarno : Sebentar, akan saya tulis. Silahkan
anda mendikte saya.
Subarjo : Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hatta : Saya juga memiliki usulan. Bagaimana
bila ada tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan.
Sukarno : Oooh.... boleh. Silahkan anda
berbicara lalu saya yang menulis.
Hatta : Hal-hal yg mengenai pemindahan
kekuasaan, dll. diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Sukarno : Ada usulan lagi ? Kalau tidak, saya
rasa sudah cukup. Bagaimana dengan anda Mr. Subarjo ?
Subarjo : Saya tidak memiliki usulan. Mungkin
Bung Hatta ada usulan ?
Hatta : Saya rasa sudah itu saja.
Sukarno : Baiklah, sekarang tinggal semua
hadirin menandatangani konsep ini.
Pada
pukul 04.30 waktu Jawa konsep telah selesai. Selanjutnya mereka menuju ke
serambi muka menemui para hadirin yang menunggu. Ir. Sukarno lalu membacakan
naskah proklamasi yg masih merupakan konsep.
Sukarno membacakan naskah.
Sukarno : Sekarang mari kita menandatangani
naskah ini.
Sukarni : Kami tidak setuju ! Lebih baik hanya
Pak Soekarno dan Pak Hatta yg menandatangani.
Hatta : Baiklah kami akan menandatangani
naskah ini.
Setelah
usulan Sukarni disetujui, maka Ir. Soekarno meminta pada Sayuti Melik untuk
mengetik naskah tersebut. Ada perubahan pada ketikan Sayuti Melik, yaitu kata
“tempoh” jadi “tempo”, “wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “Atas nama bangsa
Indonesia” dan tanggal “Djakarta, 17-8-05” diganti “Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen ‘05”. Setelah itu mereka rapat tentang penyelenggaraan Proklamasi,
sampailah pada keputusan bahwa mereka akan memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia di rumah Ir. Soekarno dan semua tokoh diharapkan hadir.
PELAKSANAAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin
Indonesia dari golongan tua dan golongan muda kembali ke rumah setelah mereka
berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka sepakat akan melakukan proklamasi
pada pukul 10.30 waktu Jawa. Saat itu semua media menyebarkan berita proklamasi
kemerdekaan. Pagi harinya di rumah Ir. Soekarno telah dipadati oleh sejumlah
massa pemuda. Semua persiapan telah disiapkan pagi itu.
Latief : Mari kita semua berdiri untuk
mendengarkan pembacaan naskah proklamasi. Dipersilahkan pada Soekarno-Hatta untuk acara selanjutnya.
Sukarno membaca naskah proklamasi.
Pengibaran bendera merah putih oleh Suhud dan
Latif
Sambutan walikota Suwirjo dan Muwardi.
Makasihh banyak, kurang lebih sama kaya yang dicritain guruku. :)
BalasHapusSama-sama
Hapus