Tidak semua orang bisa dengan mudah terbang ke luar
negeri, baik untuk mencari nafkah atau bersekolah. Khususnya bagi orang kecil
yang tidak berpendidikan tinggi seperti Mahmudi Fukumoto.
Siapa
sangka, pemuda desa asal Tanen, Rejotangan, Kabupaten Tulungagung itu berhasil
mendirikan perusahaan Keihin.co.ltd yang bergerak di bidang sub kontraktor dan
agen perjalanan di negeri sakura, yang konon susah "ditaklukkan"
orang asing seperti Mahmudi.
Hal tersebut diakui Mahmudi. Sebagai warga pendatang,
dia menuturkan tidak mudah membangun bisnis di negara Jepang. Apalagi bagi
orang yang tidak memiliki ijazah perguruan tinggi seperti Mahmudi. "Saya
ini Cuma lulusan MAN 3 Tanen. Sebenarnya kalau mendirikan perusahaan di Jepang
itu mudah, tapi yang susah itu untuk survive supaya perusahaan kita bisa
bertahan. Itu setengah mati, tapi Alhamdulillah saya ndak sampai
mati,"ujar Mahmudi yang lantas terbahak, saat ditemui koran ini di JCC,
Selasa (20/8) lalu.
Dengan bekal keuletan dan kerja keras, berbagai upaya
dilakukan pria 39 tahun itu untuk mempertahankan bisnisnya. Dia percaya, jika
sudah kepepet, pasti apapun bisa dilakukan. Apalagi saat itu Jepang juga
terkena dampak dari krisis global, dia pun harus mati-matian mempertahankan
perusahaannya, di tengah banyaknya perusahaan besar yang gulung tikar.
"Alhamdulillah, perusahaan saya yang ndak begitu besar ini bisa
bertahan,"jelasnya.
Pria bernama asli Mahmudi tersebut mengisahkan awal
mulanya dirinya menginjakkan kaki di Jepang. Pria kelahiran 16 Juli tersebut
menuturkan, dirinya tidak pernah membayangkan bakal menjadi bos sebuah
perusahaan seperti sekarang. Lulus SMA, dia memutuskan merantau ke pulau dewata
pada 1998. Di sana, dia mengikuti kursus bahasa Jepang. "Saya pengen kerja
di hotel,"ujar Mahmudi.
Ternyata, melalui kursus bahasa Jepang tersebut,
Mahmudi bertemu jodoh. Menurut pengakuannya, teman guru kursusnya yang asli
Jepang bernama Noriko Fukumoto, menaruh perhatian padanya. Gayung bersambut, Mahmudi
pun menikah dengan Noriko yang lantas memeluk Islam. Atas saran sang istri,
Mahmudi pun diboyong ke Jepang pada 2001. Berkat Noriko pula, Mahmudi merasakan
rasanya naik pesawat terbang untuk pertama kalinya. "Itu pertama
kalinya saya naik pesawat terbang. Rasanya takut banget,"akunya.
Sampai di kota Kawasaki, Mahmudi tinggal di rumah
mertuanya. Karena tak ingin sekedar menumpang, dia bekerja. Pekerjaan apapun
dilakoninya, mulai dari menjadi cleaning service, kuli kasar di rel kereta api,
kuli bangunan dan sempat bekerja di hotel. Meski pekerjaan yang dijalaninya
cukup berat, bungsu dari tiga bersaudara itu selalu menyisihkan penghasilannya
untuk ditabung. Ketika bekerja menjadi kuli kasar di perusahaan kereta api,
ayah dua putri itu berteman baik dengan salah seorang pekerja yang kala itu
usianya sudah sepuh, hampir 60 tahun. Rekannya tersebut ternyata mantan bos
suatu perusahaan. Karena perusahaannya mengalami kebangkrutan, dia terpaksa
menjadi kuli kasar.
Dari pertemanannya tersebut, Mahmudi pun memperoleh
ide serta keberanian untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Dia pun mengajak
serta rekannya tersebut. Pada 2007, dia mendirikan perusahaan yang diberi nama
Keihin.co.ltd. Di situ, dia menjadi owner sementara rekannya ditunjuk sebagai
Direktur Utama (Dirut). "Modalnya darimana?dari tabungan saya. Rekan saya
jadi dirutnya karena jaringannya waktu jadi bos dulu kan luas,"paparnya.
Yang menarik, awal mula membesarkan perusahaanya,
Mahmudi dan rekannya gencar membuka jaringan. Dia pun rela menjadi sopir bagi
rekannya yang menjabat sebagai dirut tersebut. "Jadi kemana-mana, dia saya
sopirin. Jadi waktu ketemu klien, saya juga kenal sama kliennya itu. Lalu,
kalau diminta kartu nama, tertulis saya wakilnya dia,"ujar Mahmudi.
Meski begitu, Mahmudi sadar, statusnya sebagai orang
asing di Jepang akan mempersulit perkembangan usahanya tersebut. Karena itu,
dia mengadopsi nama keluarga istrinya yang merupakan nama sang mertua,
Fukumoto. Bukannya menolak, sang mertua malah tersanjung. "Karena bagi
orang Jepang, kalau kita suami, pakai nama keluarga istri itu biasanya nggak
mau, karena malu. Makanya mertua saya malah terharu, sampai Alhamdulillah dia
juga ikut masuk Islam,"paparnya.
Mahmudi pun tidak memungkiri jika ada perbedaan besar
setelah memakai nama Fukumoto. Dia lebih mudah memperluas jaringan.
Perusahaannya pun terus berkembang. Dia banyak belajar dari rekannya tersebut.
Karena usia sang dirut sudah semakin tua, dia pun memutuskan pensiun. Otomatis,
pucuk pimpinan pun dipegang Mahmudi.
Dia pun tidak ingin berpuas diri hanya dengan
perusahaan sub kontraktornya yang kerap menangani pabrik-pabrik minyak macam
Pertamina di Jepang. Tidak lama setelah Keihin.co.ltd sukses, ayah Fukumoto M.
Cinta dan Fukumoto M. Ratu itu memperlebar usahanya dengan membuka anak perusahaan
berupa agen perjalanan Keihin Tour. "Tur ini biasanya untuk orang
Indonesia yang berlibur ke Jepang. Dan saya ndak nyombong, tapi klien-klien
saya kelas atas lah,"ujarnya lalu tertawa. Dia menambahkan, Keihin Tour
juga membuka cabang di Bali beberapa bulan lalu. "Ya semoga yang di Bali
juga sukses,"tambahnya.
Tidak sekedar bisnisnya, pergaulan Mahmudi ikut
meluas. Bahkan dia ikut menjadi salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) cabang
Jepang bersama beberapa warga Indonesia di Jepang lainnya. Tidak hanya itu,
Mahmudi juga dipercaya menjadi anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN)
Jepang. Gaya hidup Mahmudi pun sedikit banyak harus mengikuti pergaulan
"kelas atas" apalagi untuk menarik klien potensial. Dia kerap bermain
golf bersama para klien dan teman-temannya.
"Kepiawaian saya macul di ladang dari kecil
sampai remaja akhirnya terasa manfaatnya. Kata teman-teman bermain golf saya,
permainan saya bagus. Karena kalau saya mukul bola itu kenceng. Mungkin ya karena
jago macul itu tadi,"katanya.
Meski kesuksesan di negeri orang sudah diraih, Mahmudi
menyatakan tidak berniat berpindah kewarganegaraan. Dia masih ingin menjadi
Warga Negara Indonesia (WNI). "Kalau mau ya sudah dari dulu-dulu saya
pindah kewarganegaraan. Teman-teman saya yang orang Jepang bilang, kalau kamu
ganti kewarganegaraan makin mudah nanti, tapi saya merasa dengan nama Fukumoto
sudah cukup. Tak perlu ganti kewarganegaraan,"imbuhnya sambil tersenyum.