Di sini kami akan menyampaikan informasi-informasi dan memuat berbagai macam cerita dari beberapa sumber yang menurut kami bagus.

Site Info

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 02 Oktober 2013

Profil wirausaha sukses dari desa menjadi kaya



Tidak semua orang bisa dengan mudah terbang ke luar negeri, baik untuk mencari nafkah atau bersekolah. Khususnya bagi orang kecil yang tidak berpendidikan tinggi seperti Mahmudi Fukumoto.





Siapa sangka, pemuda desa asal Tanen, Rejotangan, Kabupaten Tulungagung itu berhasil mendirikan perusahaan Keihin.co.ltd yang bergerak di bidang sub kontraktor dan agen perjalanan di negeri sakura, yang konon susah "ditaklukkan" orang asing seperti Mahmudi.

Hal tersebut diakui Mahmudi. Sebagai warga pendatang, dia menuturkan tidak mudah membangun bisnis di negara Jepang. Apalagi bagi orang yang tidak memiliki ijazah perguruan tinggi seperti Mahmudi. "Saya ini Cuma lulusan MAN 3 Tanen. Sebenarnya kalau mendirikan perusahaan di Jepang itu mudah, tapi yang susah itu untuk survive supaya perusahaan kita bisa bertahan. Itu setengah mati, tapi Alhamdulillah saya ndak sampai mati,"ujar Mahmudi yang lantas terbahak, saat ditemui koran ini di JCC, Selasa (20/8) lalu.

Dengan bekal keuletan dan kerja keras, berbagai upaya dilakukan pria 39 tahun itu untuk mempertahankan bisnisnya. Dia percaya, jika sudah kepepet, pasti apapun bisa dilakukan. Apalagi saat itu Jepang juga terkena dampak dari krisis global, dia pun harus mati-matian mempertahankan perusahaannya, di tengah banyaknya perusahaan besar yang gulung tikar. "Alhamdulillah, perusahaan saya yang ndak begitu besar ini bisa bertahan,"jelasnya.

Pria bernama asli Mahmudi tersebut mengisahkan awal mulanya dirinya menginjakkan kaki di Jepang. Pria kelahiran 16 Juli tersebut menuturkan, dirinya tidak pernah membayangkan bakal menjadi bos sebuah perusahaan seperti sekarang. Lulus SMA, dia memutuskan merantau ke pulau dewata pada 1998. Di sana, dia mengikuti kursus bahasa Jepang. "Saya pengen kerja di hotel,"ujar Mahmudi.

Ternyata, melalui kursus bahasa Jepang tersebut, Mahmudi bertemu jodoh. Menurut pengakuannya, teman guru kursusnya yang asli Jepang bernama Noriko Fukumoto, menaruh perhatian padanya. Gayung bersambut, Mahmudi pun menikah dengan Noriko yang lantas memeluk Islam. Atas saran sang istri, Mahmudi pun diboyong ke Jepang pada 2001. Berkat Noriko pula, Mahmudi merasakan rasanya naik pesawat terbang untuk pertama kalinya.  "Itu pertama kalinya saya naik pesawat terbang. Rasanya takut banget,"akunya.

Sampai di kota Kawasaki, Mahmudi tinggal di rumah mertuanya. Karena tak ingin sekedar menumpang, dia bekerja. Pekerjaan apapun dilakoninya, mulai dari menjadi cleaning service, kuli kasar di rel kereta api, kuli bangunan dan sempat bekerja di hotel. Meski pekerjaan yang dijalaninya cukup berat, bungsu dari tiga bersaudara itu selalu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung. Ketika bekerja menjadi kuli kasar di perusahaan kereta api, ayah dua putri itu berteman baik dengan salah seorang pekerja yang kala itu usianya sudah sepuh, hampir 60 tahun. Rekannya tersebut ternyata mantan bos suatu perusahaan. Karena perusahaannya mengalami kebangkrutan, dia terpaksa menjadi kuli kasar.

Dari pertemanannya tersebut, Mahmudi pun memperoleh ide serta keberanian untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Dia pun mengajak serta rekannya tersebut. Pada 2007, dia mendirikan perusahaan yang diberi nama Keihin.co.ltd. Di situ, dia menjadi owner sementara rekannya ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut). "Modalnya darimana?dari tabungan saya. Rekan saya jadi dirutnya karena jaringannya waktu jadi bos dulu kan luas,"paparnya.

Yang menarik, awal mula membesarkan perusahaanya, Mahmudi dan rekannya gencar membuka jaringan. Dia pun rela menjadi sopir bagi rekannya yang menjabat sebagai dirut tersebut. "Jadi kemana-mana, dia saya sopirin. Jadi waktu ketemu klien, saya juga kenal sama kliennya itu. Lalu, kalau diminta kartu nama, tertulis saya wakilnya dia,"ujar Mahmudi.

Meski begitu, Mahmudi sadar, statusnya sebagai orang asing di Jepang akan mempersulit perkembangan usahanya tersebut. Karena itu, dia mengadopsi nama keluarga istrinya yang merupakan nama sang mertua, Fukumoto. Bukannya menolak, sang mertua malah tersanjung. "Karena bagi orang Jepang, kalau kita suami, pakai nama keluarga istri itu biasanya nggak mau, karena malu. Makanya mertua saya malah terharu, sampai Alhamdulillah dia juga ikut masuk Islam,"paparnya.

Mahmudi pun tidak memungkiri jika ada perbedaan besar setelah memakai nama Fukumoto. Dia lebih mudah memperluas jaringan. Perusahaannya pun terus berkembang. Dia banyak belajar dari rekannya tersebut. Karena usia sang dirut sudah semakin tua, dia pun memutuskan pensiun. Otomatis, pucuk pimpinan pun dipegang Mahmudi.

Dia pun tidak ingin berpuas diri hanya dengan perusahaan sub kontraktornya yang kerap menangani pabrik-pabrik minyak macam Pertamina di Jepang. Tidak lama setelah Keihin.co.ltd sukses, ayah Fukumoto M. Cinta dan Fukumoto M. Ratu itu memperlebar usahanya dengan membuka anak perusahaan berupa agen perjalanan Keihin Tour. "Tur ini biasanya untuk orang Indonesia yang berlibur ke Jepang. Dan saya ndak nyombong, tapi klien-klien saya kelas atas lah,"ujarnya lalu tertawa. Dia menambahkan, Keihin Tour juga membuka cabang di Bali beberapa bulan lalu. "Ya semoga yang di Bali juga sukses,"tambahnya.

Tidak sekedar bisnisnya, pergaulan Mahmudi ikut meluas. Bahkan dia ikut menjadi salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) cabang Jepang bersama beberapa warga Indonesia di Jepang lainnya. Tidak hanya itu, Mahmudi juga dipercaya menjadi anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Jepang. Gaya hidup Mahmudi pun sedikit banyak harus mengikuti pergaulan "kelas atas" apalagi untuk menarik klien potensial. Dia kerap bermain golf bersama para klien dan teman-temannya.

"Kepiawaian saya macul di ladang dari kecil sampai remaja akhirnya terasa manfaatnya. Kata teman-teman bermain golf saya, permainan saya bagus. Karena kalau saya mukul bola itu kenceng. Mungkin ya karena jago macul itu tadi,"katanya.

Meski kesuksesan di negeri orang sudah diraih, Mahmudi menyatakan tidak berniat berpindah kewarganegaraan. Dia masih ingin menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). "Kalau mau ya sudah dari dulu-dulu saya pindah kewarganegaraan. Teman-teman saya yang orang Jepang bilang, kalau kamu ganti kewarganegaraan makin mudah nanti, tapi saya merasa dengan nama Fukumoto sudah cukup. Tak perlu ganti kewarganegaraan,"imbuhnya sambil tersenyum.
Share:

Change Language

Bekerja keraslah agar hidupmu tidak sia-sia. Jadilah satu bintang terang diantara beribu bintang. Diberdayakan oleh Blogger.

Histat

Flag Counter

Don't Copy

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Search Tool

..

Arsip Blog

Blogger templates